Tombo ati (Obat Hati)
Sering kita mendengar lagu ini. Bahkan grupnya Emha – Kyai Kanjeng – sempat mempopulerkan kembali – repro – lagu ini. Dengan latar gamelan tradisional lewat aransemen Djadug Ferianto, alunan lagu ini serasa nikmat sekali didengar. Tak kalah juga lantunan Opick yang syahdu itu. Gubahan lagu ini terus menusuk relung jiwa. Bahkan tak jarang mulut kita ikut menirukan, seraya lagi mendendangkannya. Di masyarakat jawa ; Jawa Tengah dan Jawa Timur – utamanya komunitas NU, lagu ini adalah lagu andalan yang sering jadi lagu puji-pujian di masjid. Saya sendiri sudah mengenal dan hafal lagu ini sejak SD. Yah tak lain, karena dulu memang sering dilantunkan sehabis adzan menunggu pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dekat rumah. Lagu itu hafal di luar kepala. Lirik lagu itu kira-kira begini (versi Opick, sebab ada beberapa versi menurut dialek masing2 daerah) :
tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah nyembadani
obat hati ada lima perkaranya
yg pertama, baca Qur’an dan maknanya
yang kedua, sholat malam dirikanlah
yg ketiga, berkumpullah dng orang sholeh
yg keempat, perbanyaklah berpuasa
yg kelima, dzikir malam perpanjanglah
salah satunya siapa bisa menjalani
moga-moga Gusti Allah mencukupi
Kami tidak bermaksud mengajak anda menghafal lagu ini tentunya, namun kami ingin mengambil manfaat dari apa yang sering kita dengar. Lagu ini tidak diketahui pasti siapa penciptanya. Lebih gampang disebut sebagai tutur - tinular. Namun kandungan hikmahnya tidak bisa kita sangkal begitu saja. Sebab apa yang disampaikan benar adanya. Mungkin penciptanya adalah seorang yang berilmu tinggi (ulama) sehingga bisa merangkai sedemikian rupa : bahasa sederhana, mudah dicerna, mudah diingat, santun berirama dan melegenda. Ada yang bilang ini salah satu produk wali songo. Konon katanya karya Sunan Bonang. Tapi Gus Dur bilang bahwa itu adalah judul sebuah sajak berbahasa Arab ciptaan Sayyidina Ali, yang oleh KH. Bisri Mustofa dari Rembang (ayah KH. A. Mustofa Bisri) diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dengan menggunakan judul yang sama. Wallahu a’lam. Meminjam idiom dalam film Naga Bonar; itu tidak penting! Yang penting adalah mari kita ambil kalimat hikmah itu menjadi bagian dari hidup kita, bukan?
Dari sini kami bermaksud akan menunjukkan atsar - atsar yang mendasari untaian lirik tembang tersebut – dari sumber Quran dan hadist. Kita sudah faham bahwa menetapi islam itu harus berdasarkan Al-qur'an dan Al hadist, maka akan lebih lengkap jika kita mampu menjaga hati kita dengan 5 obat hati di atas. Hati adalah tempatnya keimanan – jika baik hati kita, maka baik seluruh tubuh kita dan amalan kita. Sebaliknya jika jelek hati kita, maka jelek pula tubuh kita sehingga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang jelek sebagai buahnya.
teman2.., barangkali kita mengikat hati kita terlalu ketat sehingga terluka, maka inilah (mungkin) obat penawarnya. Padahal kita juga tahu, bahwa sebenarnya tidak ada yang baru dengan tembang tersebut. Namun, dalam hidup ini terkadang kita perlu sesuatu yang bersifat baru, walaupun dari barang lama alias daur ulang. Setidaknya sekedar idiom – istilah atau apalah – yang bisa menggugah lagi semangat kita dalam beribadah. Khususnya dalam menjaga hati, maka ingatlah selalu tombo ati iku limo perkarane.
Selasa, 13 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar