Sebagai perkeling buat kita saat ini, saya ingin menyampaikan sedikit tarikh islam yaitu mengenai Masjid Dhiror yang tersebut di dalam Surat Taubat ayat 107 – 108. Kenapa? Karena ada ’kemiripan pola’ jaman itu dengan keadaan sekarang. Maksud saya ketika islam mulai berjaya dan banyak bangunan – bangunan didirikan. Tujuannya hanya satu yaitu tetep menjaga niat kita semua. Niat yang benar, mukhlish lillah karena Allah.
Kebencian Abudullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah saw sudah sampai ke ubun-ubun. Abdullah bin Ubay merasa bahwa sejak Rasulullah SAW hijrah ke Madinah dianggap pesaing beratnya. Namun, untuk melawan secara langsung tidak mungkin, karena Rasulullah SAW amat dicintai golongan Anshor, Muhajirin, dan kelompok minoritas lainnya. Maka, yang dapat ia lakukan adalah politik lempar batu sembunyi tangan. Salah satu program lempar batu sembunyi tangan untuk memecah belah kelompok di wilayah Madinah adalah dengan mendirikan masjid, yang disebut dengan Masjid Dhiror.
Singkat cerita, Abdullah bin Ubay dan kroni-kroninya selesai membangun Masjid Dhiror. Abdullah bin Ubay lalu mendatangi Nabi SAW dan memintanya mengimami shalat jenazah di masjid itu. Pulang dari medan perang Tabuk, Nabi SAW berhenti sebentar di Dzi Awan, suatu tempat jarak perjalanan kaki satu jam dari kota Madinah. Di samping Nabi, mereka juga menunggu kedatangan Abu Amir, seorang pendeta Nasrani dari Suriah yang akan datang dengan pasukan romawinya. Tapi sayang, Abu Amir tidak datang karena keburu meninggal di Suriah.
Semula Nabi SAW akan datang memenuhi undangan tersebut. Namun Umar bin Khatthab memprotes Nabi SAW karena telah lama mengenal Abdullah bin Ubay dan konco - konconya sebagai pihak yang sering merugikan Islam dan umatnya. Namun, Nabi SAW belum memiliki alasan kuat untuk membatalkan kedatangannya ke masjid itu hingga turun ayat 107-108 surat At-Taubah.
Dan orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
Atas wahyu itu, Nabi SAW memanggil sahabat Malik bin Dakhassy, Ma'un bin Ady, dan Ashim bin Ali ''Berangkatlah kalian ke Masjid Dhiror yang dibangun oleh orang zalim dan munafik itu. Bakar dan hancurkan,'' kata Nabi.
Kisah tadi merupakan salah satu contoh bagaimana orang atau kelompok orang yang di dalam hatinya memiliki niat yang jelek alias jahat. Suatu niat tersembunyi di dalam hati, yang sangat sulit untuk dideteksi. Hanya pelakunya dan Allah saja yang mengetahui, sehingga Nabi pun sebagai manusia bisa terkecoh juga. Namun, sekalipun niat itu tersembunyi di dalam hati, tetapi buahnya akan dituai sesuai dengan lurus tidaknya niat itu. Barang siapa menabur angin, dia pasti akan menuai badai. Barang siapa yang memiliki niat busuk, maka dia akan menerima akibat di belakang hari sesuai dengan yang diniatkan itu. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 23: ”Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri.”
Banyak sekarang kita memiliki dan mendirikan bangunan – bangunan yang wah, tetapi sudahkah kita yakin bahwa niat kita tidak berubah? Tetap murni – li i’la kalimatullahi hiyal ulya. Hal – hal itu tidak mempengaruhi kepribadian kita? Sedikit pun? Alhamdulillah jika tetap terjaga niat kita. Namun jika hal itu berpengaruh terhadap diri kita, mari segera kembali. Sadarkan diri, sebelum semua itu berbalik kepada diri kita dan percuma ’ndak ada pahala di sisiNya.
Rasulullah SAW bersabda; ”Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bahwa tiap-tiap orang itu mendapat balasan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari).
Kadang secara tak sadar saya menirukan lagunya Lobow, ketika berada di samping istri;
Kau cantik hari ini/Dan aku suka
Kau lain hari ini/Dan aku suka.
Apa coba maksudnya? Itulah suasana hati. Apa yang kita lakukan terkadang adalah cerminan niat dalam diri kita. Dan sering memang kita tidak menguasainya. Mungkin di kesempatan lain, di tempat lain dan suasana yang lain kita bisa berbuat lebih dari itu. Bisa pamer, ingin dipuji, maksud samar dan lainnya yang membuat amal perbuatan kita jadi muspro.
So, berhati-hatilah dengan suasana hati kita, yang kadang-kadang tidak bisa kita kendalikan. Memang benar bahwa kita itu memiliki hati, namun kita tidak mungkin menguasai hati kita sepenuhnya. Perlu perjuangan berat dan melelahkan untuk menjaga hati kita, agar ingat sepenuhnya setiap waktu - setiap saat hanya kepadaNya. Dan kepada kita diajarkan untuk berdoa: Wahai, Zat yang Membolak-balikkan hati, berilah kami ketetapan hati di dalam agama-Mu!
Selasa, 13 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar