Senin, 19 Januari 2009

Tombo Hati (Obat Hati) JILID 4

Di dalam Adabul Mufrod karya Imam al-Bukhori disebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan dari Qubaishah bin Burmah al-Asadi, dia berkata, aku bersama Nabi SAW dan mendengar beliau bersabda, ”Ahli kebaikan di dunia adalah ahli kebaikan di akhirat dan ahli kemungkaran di dunia merupakan ahli kemungkaran di akhirat.” (hadist shohih, diriwayatkan juga di dalam ad-Durr al-Mantsur as-Suyuthi dan al-Hakim) Selain itu Imam al-Bukhari (juga oleh Imam Tirmidzi) meriwayatkan; Al-arwahu junnuudun mujannadah – Ruh itu gerombolan yang digerombolkan (kumpulan yang dikumpulkan, bala yang dibalakan).

Spirit inilah yang diusung untuk menorehkan bait lirik syair tombo ati yang ketiga – Kaping telu wong kang sholeh kumpulono. Kalau kita berkumpul dengan orang-orang baik, maka kita akan diselimuti aura baik pula. Orang baik itu seperti penjual minyak wangi – kata Nabi. Jadi orang baik itu akan menyemprotkan wangi-wangiannya ke sekelilingnya. Jadi sekitarnya akan menjadi harum karenanya. Oleh karena itu dekat-dekatlah kita kepada penjual minyak wangi sebab kalaupun toh tidak mampu membeli kita akan memperoleh bau wanginya – itulah dawuh Kanjeng Nabi.

Dari Anas r.a., ia menuturkan, Rasululloh SAW bersabda, ”Dan perumpamaan teman duduk yang baik itu bagaikan penjual minyak wangi kasturi, jika minyak kasturi itu tidak mengenaimu, maka kamu akan mencium bau wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang pandai besi, jika kamu tidak kena arangnya/percikannya, maka kamu akan terkena asapnya.” (Rowahu Abu Dawud).

Kita sering melihat perkumpulan – perkumpulan, klub-klub berdiri, bahkan banyak - berseliweran di sekitar kita. Yang punya Harley Davidsons (HD) bikin HDI club. Yang punya susuki satria bikin Jakarta Satria Club. Ada klub olah raga, klub motor, klub sepeda mirip motor, klub remaja, milist group dll. Itu semua menunjukkan sifat esensial manusia, yaitu berkumpul dalam kesamaan dan keseragaman seperti sesama jenisnya, tujuan atau kepunyaan. Karena semangat kodrati bahwa ruh itu mencari teman yang sejenis. Dampak dari inilah, maka dianjurkan untuk berkumpul dengan orang baik dalam rangka menjaga hati kita untuk tetap menjadi baik. Kita akan malu berbuat jelek ditengah orang yang baik. Kita sungkan bicara jorok di tengah perkumpulan orang alim. Kita takut berbuat nista di tengah para ulama. Kita terdiam – tepekur – untuk menginduksi sekeliling dan sekitar kita. Kita ternganga menginspirasi kebaikan yang ada di depan kita. Kemudian meresapi dan menyerapnya. Selanjutnya kita akan meniru tindakan baik orang di sekitar kita.

Nabi bersabda, ”Agama seseorang itu tergatung teman sepergaulannya, maka melihatlah engkau pada siapa berteman?” (Rowahu at – Tirmidzi) Teman yang baik adalah teman yang setia di kala susah dan senang. Dan hati yang baik adalah hati yang mampu beradaptasi dengan situasi apapun. Oleh karena itu segeralah melatih hati kita untuk berkumpul dengan orang-orang baik, pergaulan yang baik dan media yang baik. Sebab untuk menjadi jelek itu lebih gambang daripada menjadi baik. Sesuai kata pepatah; sebab nila setitik rusak susu sebelanga. Jadi kalau tidak krasan dengan tempat pergaulan kita cermatilah. Biasanya orang yang suka ngaji akan senang di lingkungan orang ngaji. Orang yang tidak ngaji akan gerah berada di tempat orang yang suka ngaji. Begitu sebaliknya. Dan hati kita telah berbicara dengan caranya, maka kenalilah.

Untuk berkumpul perlu media – perlu wadah. Nah kita telah mempunyai semua itu. Tinggal kemampuan dan kemauan kita untuk memilah dan memilih dalam wadah yang sesuai dengan karakteristik dan interest kita. Kalau pengin jadi orang faham, seringlah berkunjung ke majelis ta’lim, berkumpulah dengan orang yang mempunyai kefahaman tinggi. Berkunjunglah ke masjid – masjid, berkumpul dengan para mubaligh, para ulama. Jangan pergi ke bar dan diskotik. Seandainya pengin jadi orang kaya berkumpulah dengan orang kaya, biar cepat ketularan kaya. Kalau pengin pinter segeralah bergabung dengan study klub, jangan pergi ke PS – PS dan bermain terus. Namun yang terpenting dari itu semua adalah isilah hati dengan kata mutiara – kalimat hikmah. Dijamin akan berkualitas dan moncer, sehingga bisa menghilangkan sakit-sakit dan borok – borok, noktah hitam yang dikatakan sebagai ron dalam quran. Sehingga manahna bisa beunghar, luas tanpa batas. Bisa menampung serta menyaring semua aspirasi, mengimplementasikannya dengan kualitas kepribadian yang agung, yoni, mulya dan berwibawa. Sebab hati kita bugar, tidak sakit lagi.

Selain itu dengan berkumpul dengan orang yang sholih menjadikan kita mempunyai cermin yang bisa membuang segala kotoran yang ada di dalam diri kita. Orang – orang sholih itu menjadi kaca benggala buat kita. Dengannya kita tahu apa yang baik dan apa yang jelek. Jadilah kita insan paripurna. Kalau salah ada yang mengingatkan. Kalau salah ada yang menasehati. Dawuh Kanjeng Nabi SAW, “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, seorang mukmin saudara bagi mukmin yang lain, ia harus menjaga perbuatan saudaranya dan melindunginya dari belakang.” (Adabul mufrod – Imam Bukhori, Abu Dawud – no. 4918 derajat hadist hasan).

Jadi carilah teman dan tempat pergaulan yang baik. So,....kenalilah temanmu.

Kamis, 15 Januari 2009

Tombo Hati (Obat Hati) JILID 3

Kaping pindo sholat wengi lakonono. Terbayang bukan bagaimana syahdunya instrumen musik yang dibawakan Kyai Kanjeng, ketika mengiringi lirik lagu ini. Gabungan gamelan dan instrumen modern melebur jadi satu dengan sentuhan apik versi Djadug Ferianto – yang anaknya Bagong Kussudiarto – saudaranya Si Butet dari Jogja itu. Atau aransemen yang mengiringi Opick. Benar – benar eunak. Ternyata lebih apik lagi, ketika kita bisa melaksanakan lirik lagu tersebut. Yaitu menjalankan sholat - sholat sunah. Bisa di waktu siang maupun malam, terutama sholatu al-lail.

Dari Abu Huroiroh r.a., dia berkata, Rasululloh SAW bersabda, ”Sebaik – baik puasa setelah ramadhan adalah bulan Allah Muharram, dan sebaik – baik sholat setelah sholat wajib adalah sholat malam.” (Rowahu Muslim, Abu Dawud, at – Tirmidzi, an – Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah didalam shohihnya).

Dalam Surah Al- Baqoroh ayat 153 Allah berfirman; “Wahai orang – orang yang beriman minta tolonglah kalian kepada Allah dengan shobar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang – orang yang sabar.”

Maksud kata sholat di sini, merujuk pada keterangan para mufassirin adalah melaksanakan sholat-sholat sunah. Dan sholat sunah itu banyak macamnya. Ada sholat sunah rowatib yaitu sholat sunah sebelum dan atau sesudah sholat wajib. Ada sholat dhuha, mulai 2 rekaat sampai 12 rekaat – yang dua - dua atau empat - empat. Ada sholat tasbih, sholat hajat, sholat istikhoroh dan sholat tahajud. Lainnya masih ada sholat syukur wudhu yaitu 2 rekaat setelah wudhu, ada tahiyyatul masjid, sholat taubat dan lain – lainnya. Begitu banyak jenis dan macamnya, tinggal kita memilih mana yang kita suka dan bisa.

Kalau sholat wajibnya tertib (awal waktu), besar kemungkinan orang tersebut dapat melakukan sholat sunah rowatib. Berbeda dengan orang yang sholat wajibnya mepet-mepet. Untuk sholat wajib saja harus berkejaran dengan waktu, otomatis tidak ada waktu tersisa buat sholat sunah.

Sholat sunah mempunyai arti penting sebab fungsinya sebagai suplemen sholat wajib kita: menambal apa-apa yang kurang dan melengkapi sesuatu yang bolong-bolong. Berarti semakin banyak melakukan sholat sunah semakin banyak waktu untuk berbisik-bisik menghadap Allah.

Dari Abu Umamah al-Bahilli r.a., dari Rasululloh SAW, beliau bersabda, “Tetapilah atas kalian qiyam al-lail, karena itu adalah kebiasaan orang – orang sholeh sebelum kalian, dan merupakan pendekatan diri kepada Rabb kalian, pelebur kesalahan – kesalahan dan pencegah dari dosa – dosa.” (Rowahu at- Tirmidzi dalam al-Jami’, Ibnu Abid Dunya dalam Kitab at-Tahajjud, Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya dan alHakim dari Abdullah bin Shalih.)

Kembali ke masalah asal, sholat sunah sebagai tombo ati, perlu racikan tertentu agar tak luntur ditelan waktu dan tak hilang diambil kesibukan. Yang pertama perlu disesuaikan adalah kecocokan waktu dan kemauan diri kita untuk melakukan itu. Sebab kendala utama adalah males. Mungkin hanya di bulan puasa saja kita agak tertib sholat sunahnya, tapi sesudahnya seperti disapu angin, ditelan badai. Kedua adalah prioritas – mana dan kapan kita tekadkan untuk melaksanakan. Jangan tunda dan tunggu-tungu lagi, keburu terluka hati ini. Simaklah hadits berikut.

Dari Abu Huroiroh r.a., bahwa Rasululoh SAW bersabda, ”Setan membuat tiga simpul di tengkuk salah satu kalian ketika tidur, di tiap – tiap simpul setan membisikkan, ’Malammu masih panjang, tidurlah terus’. Jika dia terbangun dan dzikir kepada Allah maka satu simpul terbuka, jika dia berwudhu, maka satu simpul lagi terbuka, jika dia sholat, maka seluruh simpulnya terbuka, maka dia menjadi orang yang semangat lagi berjiwa bersih, jika tidak maka dia berjiwa kotor lagi malas.” (Rowahu Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasa’i)

Di dalam riwayat Ibnu Majah terdapatperbedaan redaksi sebagai berikut;

”...Maka dia menjadi orang yang bersemangat, berjiwa bersih, dan telah meraih kebaikan. Jika dia tidak melakukannya, maka dia menjadi orang yang malas, berjiwa kotor dan tidak meraih kebaikan.”

Jadi tunggu apalagi, segeralah bersihkan dan segarkan hati dan jiwa kita dengan sholat malam dan banyak sholat malam.

Rabu, 14 Januari 2009

Tombo Hati (Obat Hati) JILID 2

Lagu tombo ati jarang dinyanyikan dengan ugal-ugalan. Biasanya dilantunkan dengan penuh penghayatan – sambil melek merem – melek merem. Walaupun Inul sekalipun yang melantunkan, dijamin tidak ada goyang ngebornya. Lagu ini seperti punya karisma tersendiri sebab muatan isinya – yang agung dan suci.

Disebutkan bahwa obat hati yang pertama adalah moco quran sakmaknane – membaca quran beserta menghayati maknanya. Allah berfirman di dalam Surat Yunus ayat 57;”Wahai manusia sungguh telah datang kepada kalian perkeling/nasehat dari tuhan kalian dan obat bagi apa – apa yang ada di dalam dada (hati) dan petunjuk serta rohmat bagi orang – orang yang beriman.” Ayat ini dengan jelas menjelaskan bahwa sebagian dari fawaidz (manfaat atau faidah) Alquran adalah sebagai obat apa – apa yang ada di dalam dada yaitu hati. Bagaimana caranya bisa jadi obat yaitu dengan cara dibaca, dikaji dan dihayati maknanya. Sebab dengan begitu akan turun sakinah – ketenangan - dan rohmat dari Allah SWT. Imam Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shohihnya dan al-Hakim meriwayatkan sebuah hadist dari Abu Huroiroh sebagai berikut, bersabda Rasulullah SAW, ”Dan tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah dari rumah Allah sembari mereka membaca kitab Allah dan saling menderes (mengkaji) diantara mereka, kecuali malaikat mengelilingi/meliputi mereka, turun ketenangan atas mereka, dan rohmat menaungi mereka dan Allah menyebut mereka di depan para malaikat di sisiNya”. Aduhai asyiknya.

Kita sering membaca – minimal 3 ayat sehari – tapi diakui atau tidak, kita jarang sekali menghayati maknanya ayat per ayat. Apalagi kalau speed membacanya cepat, banyak makna yang tertinggal atau ketinggalan. Makna yang terkandung dalam ayat yang dibaca acap terlewat begitu saja. Kecuali, mungkin – ayat yang sudah sering kita hafal benar artinya seperti dalil-dalil pokok, pasti baru ngeh. Jadi ada hambatan psikologis, mengenai pemahaman makna ketika kita sedang membaca. Apalagi yang bahasa arabnya kurang bagus – bukan mubaligh maksudnya – insya allah punya kendala yang besar untuk memahami apalagi sambil membaca. Padahal kata para sayyid, ulama salaf – yang ada dalam gandangannya dikatakan bahwa :

Wa khairu jaliisu laa yumallu haditsuh

Wa tardatuhu zadathu fiihi tajammulan

Sebaik-baik teman duduk adalah quran, dimana ceritanya tidak membosankan dan kalau mengulang-ngulangnya akan semakin bertambah dan terasa keindahannya.

Mari kita meraihnya, seperti gandangan itu, menjadikan alquran teman duduk, mengulang ceritanya dan mendapatkan keindahannya. Terlebih bagi yang bersuara emas. Dari Barra’ bi Azib r.a, dia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Hiasilah Al-quan dengan suara kalian.” (diriwayatkan didalam Abu Dawud, an – Nasa’i dan Ibnu Majah).

Ketika kita membaca quran semua panca indera terpusat menjadi satu. Mata melihat deretan hurufnya, telinga mendengarkan suara yang kita dendangkan, pikiran terpusat ke makna ayatnya. Sedangkan kulit kita merasakan getaran suasananya. Syahdu. Dan hati kita terkonsentrasi – terinduksi oleh kesadaran indera kita sehingga sejuk – tenang – damai – khusyu pembawaannya sebab diliputi rohmat adanya. Ditambah lagi, bahwa ketika kita sedang membaca quran laksana kita berbincang langsung dengan Allah. Hal ini menyambungkan sifat rahim yang ada di kita pada rahimnya Allah. Penuh kasih – penuh cinta yang akhirnya terpancar pada kepribadian kita. Oleh karena itu, kenapa orang yang faqih tidak bosan-bosannya untuk membaca quran dan menemukan betapa indahnya syair dan kandungan ceritanya. Terkadang pula menangis dibuainya. Sebab hati menjadi tenang – sejuk dan damai karenanya. Berlama-lama akan semakin suka. Berlama-lama semakin aduhai.

Bagaimana kalau kita tidak menemukan itu ketika membaca quran? Berarti belum menemukan blessing in quran. Dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Yang jelas kalau saat ini kita telah melakukan rutinitas membaca quran, berarti tinggal selangkah lagi untuk menemukan blessing itu. Percayalah. Selangkah lagi untuk menemukan rahasia hati – mengobati hati. Mengelola naik-turunnya iman yang termuat didalamnya. Teruslah mencoba dan mencoba.

Sebagai penutup ingatlah hadist berikut. Dari Abu Huroiroh r.a, dia berkata Rasululloh SAW bersabda, ”Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dalam satu malam, maka dia tidak akan dicatat termasuk orang – orang yang lalai.” (rowahu Hakiim) Semoga mencukupi dan memotivasi untuk membaca lebih dari 3 ayat sehari.

Selasa, 13 Januari 2009

Selayang pandang ilmu hadist

Assalamu'alaikum wr. wb.

Hadits adalah sumber ajaran kedua setelah Al Qur'an bagi umat Islam. Artinya, Hadits sebagai dasar dan dalil yang mengatur tentang masalah aqidah, hukum dan etika bersama Al qur'an.

Kedudukan Hadits bagi Al Qur'an adalah sebagai :

1. Bayan tafsir: menjelaskan apa yang terkandung dalam Al Qur'an. Penjelasan itu berupa:
- Merinci yang mujmal: misalnya, Al Qur'an mewajibkan wudhu' bagi orang yang akan sholat. Hadits menjelaskan rincian wudhu, bilangan membasuh dan batas-batas membasuh.
- Membatasi yang mutlaq: misalnya Al Qur'an menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri. Hadits menjelaskan tentang batasan nilai barang yang dicuri yang menyebabkan terjadinya hukum potong tangan.
- Mentakhshish yang 'am: misalnya Al Qur'an menjelaskan tentang waris dan orang-orang yang berhak mendapat warisan. Hadits memberi pengecualian bagi orang yang membunuh tidak berhak mendapat waris.
2. Bayan taqrir: menjelaskan ketetapan-ketetapan dalam Al Qur'an. Misalnya, menjelaskan wajibnya wudhu' bagi orang yang akan sholat sebagaimana Al Qur'an telah menjelaskan demikian.
3. Bayan tasyri': menetapkan berlakunya hukum baru. Misalnya, menetapkan hukum bagi pelaku zina muhshon (orang yang telah berkeluarga).

Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa ucapan (qauly), perbuatan (fi'ly) dan ketetapan (taqriry).

Hadits qauly adalah hadits yang berisi tentang ucapan Nabi SAW. Hadits fi'ly berisi tentang perbuatan Nabi SAW yang dideskripsikan oleh Sahabat. Sedang hadits taqriry adalah hadits yang berisi tentang persetujuan atau ketetapan Nabi SAW terhadap ucapan atau perbutan yang dilakukan oleh Sahabat.

Hadits qauly menempati derajat pertama dari segi keshahihannya, kemudian hadits fi'ly. Sedang hadits taqriry menempati posisi paling lemah.

Berdasarkan susunannya, hadits terdiri dari sanad dan matan. Sanad atau isnad adalah mata rantai periwayatan Hadits dari penulis hadits dengan generasi di atasnya hingga kepada Nabi SAW. Sedang matan adalah redaksi atau bunyi hadits.

Berdasarkan sampai dan tidaknya suatu riwayat kepada Rasulullah SAW, hadits terbagi menjadi 3 macam: Hadits Marfu', Hadits Mauquf dan Hadits Maqthu'.

Hadits Marfu' adalah hadits yang periwayatannya sampai kepada Rasulullah SAW. Hadits Mauquf adalah hadits yang periwayatannya sampai kepada Sahabat. Sedang hadits Maqthu' adalah hadits yang periwayatannya sampai pada Tabiin. Berdasarkan pengertiannya, hadits yang bisa dijadikan dasar hukum umat Islam adalah Hadits Marfu'. Sedang Hadits Mauquf hanya mencapai tingkat khabar dan Hadits maqthu' hanya mencapai tingkat atsar.

Menurut jalur periwayatannya, hadits terbagi atas hadits mutawatir dan hadits ahad. Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan banyak orang dalam setiap generasi sanad, dari awal sanad hingga akhir, ditangkap secara inderawi dalam proses penyampaiannya dan mustahil terjadi persekongkolan bohong. Sedang hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalur dari segi jumlahnya tidak memenuhi syarat mutawatir.

Hadits ahad dari segi penerimaannya terdiri atas hadits maqbul (diterima) dan hadits mardud (ditolak). Haidts maqbul meliputi hadits shahih dan hadits hasan. Hadits mardud meliputi hadits dhaif dan hadits maudhu'.

Hadits shahih, suatu hadits yang mempunyai syarat-syarat:

a. Sanadnya muttashil (sambung bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW.
b. Para perawinya terdiri atas orang-orang yang: adil, istiqomah (kokoh pada pendiriannya), kuat daya ingatnya, menjaga muru'ah (kehormatannya), tidak fasik, berakhlaq baik.
c. Kedudukan haditsnya tidak syadz (janggal), tidak ada sesuatu yang tersembunyi atau tidak nyata yang menyebabkan hadits menjadi cacat (illat).

Hadits hasan memiliki syarat-syarat menyerupai shahih tetapi dari segi daya ingat perawinya berada di bawah shahih.

Hadits dhaif adalah hadits yang sanadnya tidak muttashil, materi haditsnya syadz atau terdapat cacat, diriwayatkan oleh orang yang tidak adil, kurang kuat daya ingatnya. Sedangkan hadits maudhu' adalah hadits yang dicurigai palsu atau buatan karena dalam rangkaian sanadnya terdapat orang yang terindikasi berdusta.

Methode penyampaian hadits ada 8, yaitu:

1. As Sama'
yaitu suatu metode penyampaian langsung antara guru dengan murid. Guru membacakan hadits, bentuknya bisa membaca hafalan, membacakan kitab, tanya-jawab atau dikte. Dalam proses penyampaian hadits, metode inilah yang paling kuat. Istilah yang dipakai adalah: Sami'tu, Haddatsana.

2. Al 'ardhu
yaitu seorang murid membacakan hadits dihadapan guru. Dalam methode ini seorang guru dapat mengoreksi hadits yang dibacakan murid. Istilah yang dipakai adalah: Akhbarona.

3. Al ijazah
yaitu pemberian ijin seorang guru kepada murid untuk meriwayatkan hadits tanpa membacakan hadits satu per satu. Istilah yang dipakai adalah: An ba ana.

4. Al Munawalah
yaitu seseorang memberi satu atau beberapa buah hadits kepada orang lain tanpa menyuruh untuk meriwayatkannya. Istilah yang dipakai adalah: An ba ana.

5. Al Mukatabah
yaitu seseorang memberi catatan hadits kepada orang lain. Hal ini mirip dengan methode ijazah.

6. I'lam As Syaikh
yaitu guru menginformasikan kepada muridnya, bahwa buku tertentu adalah hasil periwayatannya dari seseorang tanpa menyebut namanya.

7. Al Washiyah
yaitu guru mewasiatkan buku catatan hadits kepada muridnya sebelum meninggal dunia.

8. Al wijadah
yaitu seseorang menemukan catatan hadits seseorang tanpa ada rekomendasi untuk meriwayatkan hadits itu.

Banyak pendapat berkenaan dengan methode wijadah. Ulama dari Malikiyah menolak methode ini, sedangkan ulama As Syafiiyyah menerimanya.

Ulama Malikiyah berpendapat, bahwa methode wijadah tidak bisa diterima riwayatnya, karena methode ini masuk katagori maqthu', terputus jalan periwayatannya karena tidak adanya pertemuan langsung antara guru dengan murid. Syekh Al Albany dalam kitabnya "Ad Dhaifah" cenderung mendhaifkan. Begitu pun Ibnu Katsir dalam "Tafsir Al Qur'an Al Adzim".

Sedangkan As Syafi'iyyah berpendapat boleh. Pendapat ini didukung oleh Imam Nawawy dan Ibnu Sholah. Dalam kitab "Ulumul Hadits" Ibnu Sholah mengatakan: "Inilah yang mesti dilakukan pada masa-masa akhir ini. Karena seandainya pengamalan itu tergantung pada periwayatan hadits maka akan tertutuplah pintu pengamalan hadits yang dinukil (dari Nabi SAW) karena tidak mungkin terpenuhi syarat periwayatan padanya."

Tentu saja pembolehan ini ada batasannya. Sebagaimana disyaratkan dalam kitab "Al Baitsul Hatsits", bahwa penulis kitab yang ditemukan (diwijadahi) adalah orang yang terpercaya dan sanad haditsnya shahih, sehingga wajib mengamalkannya.

Mereka yang membolehkan ini bersandar pada sabda Rasulullah SAW:

"Mahluk mana yang menurut kalian (para sahabat) paling menakjubkan keimanannya?" Mereka berkata: "Para malaikat." Nabi SAW bersabda: "Bagaimana mereka tidak beriman, sedang mereka di sisi tuhan mereka." Mereka (para sahabat) menyebut: "Para nabi." Nabi SAW menjawab: "Bagaimana mereka tidak beriman, sedang wahyu turun kepada mereka." Mereka mengatakan: "Kalau begitu kami." Beliau menjawab: "Bagaimana kalian tidak beriman, sedang aku ada di tengah-tengah kalian." Mereka mengatakan: "Lalu siapakah wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang datang setelah kalian, mereka mendapatkan lembaran-lembaran lalu mereka beriman dengan apa yang di dalamnya." (HR. Ahamad, Ad Darimy).

Demikian sekilas uraian tetang ilmu hadits, semoga dapat menambah wawasan kita tentang tahammul wal ada' (menerima dan menyampaikan) dalam proses transformasi ilmu hadits.

Menjaga Niat

Sebagai perkeling buat kita saat ini, saya ingin menyampaikan sedikit tarikh islam yaitu mengenai Masjid Dhiror yang tersebut di dalam Surat Taubat ayat 107 – 108. Kenapa? Karena ada ’kemiripan pola’ jaman itu dengan keadaan sekarang. Maksud saya ketika islam mulai berjaya dan banyak bangunan – bangunan didirikan. Tujuannya hanya satu yaitu tetep menjaga niat kita semua. Niat yang benar, mukhlish lillah karena Allah.

Kebencian Abudullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah saw sudah sampai ke ubun-ubun. Abdullah bin Ubay merasa bahwa sejak Rasulullah SAW hijrah ke Madinah dianggap pesaing beratnya. Namun, untuk melawan secara langsung tidak mungkin, karena Rasulullah SAW amat dicintai golongan Anshor, Muhajirin, dan kelompok minoritas lainnya. Maka, yang dapat ia lakukan adalah politik lempar batu sembunyi tangan. Salah satu program lempar batu sembunyi tangan untuk memecah belah kelompok di wilayah Madinah adalah dengan mendirikan masjid, yang disebut dengan Masjid Dhiror.

Singkat cerita, Abdullah bin Ubay dan kroni-kroninya selesai membangun Masjid Dhiror. Abdullah bin Ubay lalu mendatangi Nabi SAW dan memintanya mengimami shalat jenazah di masjid itu. Pulang dari medan perang Tabuk, Nabi SAW berhenti sebentar di Dzi Awan, suatu tempat jarak perjalanan kaki satu jam dari kota Madinah. Di samping Nabi, mereka juga menunggu kedatangan Abu Amir, seorang pendeta Nasrani dari Suriah yang akan datang dengan pasukan romawinya. Tapi sayang, Abu Amir tidak datang karena keburu meninggal di Suriah.

Semula Nabi SAW akan datang memenuhi undangan tersebut. Namun Umar bin Khatthab memprotes Nabi SAW karena telah lama mengenal Abdullah bin Ubay dan konco - konconya sebagai pihak yang sering merugikan Islam dan umatnya. Namun, Nabi SAW belum memiliki alasan kuat untuk membatalkan kedatangannya ke masjid itu hingga turun ayat 107-108 surat At-Taubah.

Dan orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Atas wahyu itu, Nabi SAW memanggil sahabat Malik bin Dakhassy, Ma'un bin Ady, dan Ashim bin Ali ''Berangkatlah kalian ke Masjid Dhiror yang dibangun oleh orang zalim dan munafik itu. Bakar dan hancurkan,'' kata Nabi.

Kisah tadi merupakan salah satu contoh bagaimana orang atau kelompok orang yang di dalam hatinya memiliki niat yang jelek alias jahat. Suatu niat tersembunyi di dalam hati, yang sangat sulit untuk dideteksi. Hanya pelakunya dan Allah saja yang mengetahui, sehingga Nabi pun sebagai manusia bisa terkecoh juga. Namun, sekalipun niat itu tersembunyi di dalam hati, tetapi buahnya akan dituai sesuai dengan lurus tidaknya niat itu. Barang siapa menabur angin, dia pasti akan menuai badai. Barang siapa yang memiliki niat busuk, maka dia akan menerima akibat di belakang hari sesuai dengan yang diniatkan itu. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 23: ”Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri.”

Banyak sekarang kita memiliki dan mendirikan bangunan – bangunan yang wah, tetapi sudahkah kita yakin bahwa niat kita tidak berubah? Tetap murni – li i’la kalimatullahi hiyal ulya. Hal – hal itu tidak mempengaruhi kepribadian kita? Sedikit pun? Alhamdulillah jika tetap terjaga niat kita. Namun jika hal itu berpengaruh terhadap diri kita, mari segera kembali. Sadarkan diri, sebelum semua itu berbalik kepada diri kita dan percuma ’ndak ada pahala di sisiNya.

Rasulullah SAW bersabda; ”Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bahwa tiap-tiap orang itu mendapat balasan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari).

Kadang secara tak sadar saya menirukan lagunya Lobow, ketika berada di samping istri;

Kau cantik hari ini/Dan aku suka

Kau lain hari ini/Dan aku suka.

Apa coba maksudnya? Itulah suasana hati. Apa yang kita lakukan terkadang adalah cerminan niat dalam diri kita. Dan sering memang kita tidak menguasainya. Mungkin di kesempatan lain, di tempat lain dan suasana yang lain kita bisa berbuat lebih dari itu. Bisa pamer, ingin dipuji, maksud samar dan lainnya yang membuat amal perbuatan kita jadi muspro.

So, berhati-hatilah dengan suasana hati kita, yang kadang-kadang tidak bisa kita kendalikan. Memang benar bahwa kita itu memiliki hati, namun kita tidak mungkin menguasai hati kita sepenuhnya. Perlu perjuangan berat dan melelahkan untuk menjaga hati kita, agar ingat sepenuhnya setiap waktu - setiap saat hanya kepadaNya. Dan kepada kita diajarkan untuk berdoa: Wahai, Zat yang Membolak-balikkan hati, berilah kami ketetapan hati di dalam agama-Mu!

Tombo Hati (Obat Hati)

Tombo ati (Obat Hati)

Sering kita mendengar lagu ini. Bahkan grupnya Emha – Kyai Kanjeng – sempat mempopulerkan kembali – repro – lagu ini. Dengan latar gamelan tradisional lewat aransemen Djadug Ferianto, alunan lagu ini serasa nikmat sekali didengar. Tak kalah juga lantunan Opick yang syahdu itu. Gubahan lagu ini terus menusuk relung jiwa. Bahkan tak jarang mulut kita ikut menirukan, seraya lagi mendendangkannya. Di masyarakat jawa ; Jawa Tengah dan Jawa Timur – utamanya komunitas NU, lagu ini adalah lagu andalan yang sering jadi lagu puji-pujian di masjid. Saya sendiri sudah mengenal dan hafal lagu ini sejak SD. Yah tak lain, karena dulu memang sering dilantunkan sehabis adzan menunggu pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dekat rumah. Lagu itu hafal di luar kepala. Lirik lagu itu kira-kira begini (versi Opick, sebab ada beberapa versi menurut dialek masing2 daerah) :

tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah nyembadani

obat hati ada lima perkaranya
yg pertama, baca Qur’an dan maknanya
yang kedua, sholat malam dirikanlah
yg ketiga, berkumpullah dng orang sholeh
yg keempat, perbanyaklah berpuasa
yg kelima, dzikir malam perpanjanglah
salah satunya siapa bisa menjalani
moga-moga Gusti Allah mencukupi

Kami tidak bermaksud mengajak anda menghafal lagu ini tentunya, namun kami ingin mengambil manfaat dari apa yang sering kita dengar. Lagu ini tidak diketahui pasti siapa penciptanya. Lebih gampang disebut sebagai tutur - tinular. Namun kandungan hikmahnya tidak bisa kita sangkal begitu saja. Sebab apa yang disampaikan benar adanya. Mungkin penciptanya adalah seorang yang berilmu tinggi (ulama) sehingga bisa merangkai sedemikian rupa : bahasa sederhana, mudah dicerna, mudah diingat, santun berirama dan melegenda. Ada yang bilang ini salah satu produk wali songo. Konon katanya karya Sunan Bonang. Tapi Gus Dur bilang bahwa itu adalah judul sebuah sajak berbahasa Arab ciptaan Sayyidina Ali, yang oleh KH. Bisri Mustofa dari Rembang (ayah KH. A. Mustofa Bisri) diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dengan menggunakan judul yang sama. Wallahu a’lam. Meminjam idiom dalam film Naga Bonar; itu tidak penting! Yang penting adalah mari kita ambil kalimat hikmah itu menjadi bagian dari hidup kita, bukan?

Dari sini kami bermaksud akan menunjukkan atsar - atsar yang mendasari untaian lirik tembang tersebut – dari sumber Quran dan hadist. Kita sudah faham bahwa menetapi islam itu harus berdasarkan Al-qur'an dan Al hadist, maka akan lebih lengkap jika kita mampu menjaga hati kita dengan 5 obat hati di atas. Hati adalah tempatnya keimanan – jika baik hati kita, maka baik seluruh tubuh kita dan amalan kita. Sebaliknya jika jelek hati kita, maka jelek pula tubuh kita sehingga menghasilkan perbuatan-perbuatan yang jelek sebagai buahnya.

teman2.., barangkali kita mengikat hati kita terlalu ketat sehingga terluka, maka inilah (mungkin) obat penawarnya. Padahal kita juga tahu, bahwa sebenarnya tidak ada yang baru dengan tembang tersebut. Namun, dalam hidup ini terkadang kita perlu sesuatu yang bersifat baru, walaupun dari barang lama alias daur ulang. Setidaknya sekedar idiom – istilah atau apalah – yang bisa menggugah lagi semangat kita dalam beribadah. Khususnya dalam menjaga hati, maka ingatlah selalu tombo ati iku limo perkarane.